January 19, 2009

Sun Tzu Bingfa

By: Praja Firdaus N

Sun Tzu Bingfa : The Starting Point

Mempelajari studi strategi pastinya tidak dapat terpisahkan dari strategi perang China, terutama strategi Sun Tzu yang sangat populer dengan “The Art of War”. Sangat menarik sekali ketika mempelajari strategi ala Sun Tzu karena aroma kebudayaan, kehidupan bernegara, kepemimpinan, kebijaksanaan, serta kecerdikan bercampur menjadi satu. Disini akan terlihat kekuatan apa yang tersembunyi di ranah China sehingga membuat seorang Napoleon pun dibuat khawatir. Napoleon berkata, “ China itu seperti raksasa tertidur. Biarkan ia tertidur, karena jika ia terbangun maka ia akan mengguncang dunia.”.

Menurut Martin Van Creveld, pemikiran strategi, “the art of deploying armies before the engagement with the enemies”, diawali dari peradaban Timur yaitu di China. Kita tahu bahwa China pada zaman dahulu merupakan tanah luas dengan konflik feodalisme. Sistem dinasti merupakan gambaran umum interaksi antara pemerintah dengan rakyat. Era ini sering disebut sebagai era “Warring States”. Dalam 200 tahun terjadi 400 peperangan merupakan gambaran betapa kerasnya kehidupan pada saat itu. Apalagi di China, perang dianggap sebagai sesuatu yang wajib terjadi dan dilakukan untuk menjaga harmoni kehidupan yang mereka sebut dengan Tao. Hal inilah yang kemudian membentuk karakteristik strategi ala China ketika unsur manusia dengan alam dijadikan satu sehingga strategi China, terutama Sun Tzu, terdengar sangat filosofis. Dari sini perang tidak hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan namun lebih dari itu perang menjadi tujuan itu sendiri. Visualisasi tentang masa Warring States ini ditampilkan dengan baik kedalam game dan film. Banyak sekali permainan dan film-film yang menceritakan kehidupan kedinastian China dimana banyak sekali konspirasi dan intrik-intrik tersembunyi untuk mencapai kekuasaan puncak. Sun Tzu adalah sosok misterius yang hasil pemikirannya mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran strategis. Hasil pemikirannya tentang strategi mampu menjelajahi masa dan bisa diaplikasikan oleh siapa saja. Tidak hanya dalam bidang militer, strategi ala Sun Tzu telah membantu ratusan pengusaha dalam melaksanakan bisnisnya di dalam dunia manajemen. Sangat banyak sekali para manajer yang memakai strategi Sun Tzu dalam bidang manajemen. Tidak salah jika orang berpendapat bahwa Sun Tzu adalah “Bapak Strategi”.

Sun Tzu Bingfa : The Art of Strategies

The art of war menggambarkan ada tiga belas bagian strategi ala Sun Tzu, yaitu :

¢ Chapter 1. Estimates

¢ Chapter 2. Waging War

¢ Chapter 3. Offensive Strategy

¢ Chapter 4. Dispositions

¢ Chapter 5. Posture of Army

¢ Chapter 6. Void and Actuality

¢ Chapter 7. Manoeuvring

¢ Chapter 8. the Nine Variables

¢ Chapter 9. On the March

¢ Chapter 10. Terrain

¢ Chapter 11. the Nine Varieties of Ground

¢ Chapter 12. Attack by Fire

¢ Chapter 13. Use of Spies[1]

Dari ketiga belas chapter tersebut kita bisa memperkirakan bagaimana Sun Tzu adalah sosok yang memposisikan dirinya dalam keadaan perang namun tidak ingin perang atau total war terjadi.

“Perang adalah persoalan teramat vital bagi negara. Ia menyangkut hidup matinya rakyat dan mempengaruhi keruntuhan atau kehidupan negara. Karena itu ia harus dipelajari secara mendalam” ( Sun Tzu, The Art of War )[2]

Sun Tzu tidak hanya memandang perang sebagai alat ataupun tujuan. Sun Tzu juga memandang bahwa perang memiliki esensi dan perilaku tersendiri, oleh karena itu Sun Tzu berpendapat dalam menilai “perang” haruslah dengan seksama. Carl Von Clausewitz berkata, “Perang bukanlah aksi pada benda mati yang tidak dapat melawan. Perang adalah aksi pada sesuatu yang bereaksi.”.

“Penguasa tidak boleh memulai perang karena murka, seorang panglima tidak boleh bertempur karena benci. Hendaknya Anda hanya berperang apabila itu untuk kepentingan negara. Hentikan apabila merugikan.” ( Sun Tzu, The Art of War )[3]

Perang adalah sesuatu yang harus diletakkan pada tempat yang benar, waktu yang tepat, dan moral yang jernih. Hal ini dipertimbangkan karena Sun Tzu memiliki alasan.

“Karena sementara kemurkaan dapat dikembalikan menjadi kebahagiaan dan kebencian dapat menjadi kesenangan. Negara yang sudah binasa tak dapat dibangun kembali dan orang matipun tak dapat dihidupkan kembali.”

“Sebab itu seorang penguasa yang bijak harus selalu berhati-hait mengenai perang, sementara panglima yang baik harus selalu waspada dalam perang. Inilah jalan untuk menjamin keamanan Negara dan mempertahankan angkatan bersenjata.” ( Sun Tzu, The Art of War )[4]

Rumusan diatas menjadi titik awal pemberangkatan Sun Tzu mengenai esensi dari perang. Di satu sisi perang harus dimenangkan namun disisi lain perang harus dihindarkan. Tidak heran jika kemudian the supreme excellence menurut Sun Tzu adalah mengalahkan musuh tanpa berperang. Seratus kemenangan dalam seratus pertempuran bukanlah supreme excellence.

Lalu bagaimana untuk mengawali, menjalankan, dan mengakhiri sebuah strategi? Sun Tzu selalu menempatkan perancanaan di posisi yang paling awal. Sun Tzu menilai estimasi kekuatan merupakan langkah yang paling penting ketika Anda akan melakukan strategi karena dengan melakukan pemetaan kekuatan maka akan terlihat jelas strategi apa yang akan dipakai dalam bertempur.

“..kenali musuh Anda, kenali diri Anda sendiri, dan kemenngan Anda tidak akan terancam. Kenali lapangan, kenali cuacu maka kemenangan Anda akan lengkap.” ( Sun Tzu, The Art of War )[5]

Dalam perencanaan Sun Tzu selalu mengingatkan bahwa perang adalah sesuatu yang teramat vital bagi negara dan membutuhkan biaya yang sangat banyak.Hal ini yang kemudian mendasari pemikiran Sun Tzu bahwa kemenangan yang sempurna adalah kemenangan tanpa berperang yaitu dengan menyerang strategi lawan. Sehingga lawan akan mengalami dispositions yang kemudian akan berubah menjadi momentum untuk menyerang musuh. Hal inilah yang menjadi inti dari strategi Sun Tzu, mengubah disadvantage menjadi advantage kemudian menjadi victory.

Dalam menyerang pasukan musuh, Sun Tzu mempunyai rumusan yang kualitatif pada posisi jenderal namun kuantitatif pada pasuakan bersenjata lainnya.

“Bila Anda seimbang, Anda dapat memilih untuk bertempur. Jika sedikit lemah dari musuh Anda harus bisa menarik diri. Jika sangat lemah hindari pertempuran. Sebab bagaimanapun tegarnya, pasuka kecil akan menyerah pada kekuatan yang lebih besar dan unngul.” ( Sun Tzu, The Art of War)[6]

Selain fakor pasukan, Sun Tzu tidak lupa menambahakn analisisnya tentang bentuk dari pasukan, penghindaran, manuver perang, medan pertempuran, variasi taktik, serta penggunaan mata-mata sebagai senjata yang handal.

Sun Tzu Bingfa : What is Sun Tzu’s strategy?

Setelah mengetahu gambaran tentang strategi ala Sun Tzu, maka Sun Tzu memiliki empat tipe kemenangan dalam strateginya. Yang pertama adalah menang tanpa berperang, memecah aliansi lawan, menyerang pasukan musuh, dan menyerang kota atau benteng musuh. Dapat kita simpulkan bahwa strategi ala Sun Tzu adalah strategi untuk menang tanpa adanya peperangan dengan mengandalkan strategi untuk menyerang strategi lawan. Inilah yang disebut Sun Tzu sebagai supreme excellence.



[1] www.strategy-class.blogspot.com

[2] Wee Chou-Hou. Sun Tzu: Perang dan Manajemen. 1992

[3] Ibid.

[4] Ibid

[5] Ibid

[6] Ibid


No comments: