January 19, 2009

Keistimewaan Strategi Sun Tzu

By: Arrizal Jaffar

Diantara beberapa strategi yang telah kita pelajari selama ini, Strategi Sun Tzu merupakan salah satu strategi yang sangat menarik bila dibandingkan dengan strategi-strategi yang muncul dari para pemikir lainnya. Strategi Sun Tzu memiliki banyak keunikan tersendiri dibandingkan dengan strategi-strategi yang dimiliki pemikir strategis lainnya. Selain strategi ini paling tua munculnya, strategi ini banyak digunakan untuk berbagai bidang mulai dari militer, politik, bisnis hingga kehidupan. Konon, sejak 500 tahun sebelum Masehi hingga 700 tahun sesudah Masehi, atau selama 1.200 tahun, tak kurang ada tujuh literatur strategi perang Cina yang terdokumentasikan. Literatur tersebut mempengaruhi cara berpikir orang-orang Cina, termasuk para pebisnisnya. Literatur yang paling beken memang strategi Sun Tzu[1].

Penggunaan strategi Sun Tzu sangat disarankan sekali mengingat strategi Sun-Tzu merupakan strategi yang lebih mengutamakan pengetahuan daripada tehniknya artinya di dalam masalah politik militer perang tidak dianjurkan, lebih kepada bagaimana caranya mengalahkan musuh sebelum terjadinya perang dan bagaimana caranya supaya kita tidak rugi. Inilah yang membuat strategi Sun Tzu berbeda dengan strategi-strategi pemikir lainnya. Sun Tzu tidak menyarankan perang terjadi, beliau hanya ingin menuliskan strategi memperoleh kepentingan tanpa ada yang rugi. Yaitu, mengenal diri Anda dengan baik, mengenal musuh Anda, dan mengenal tempat di mana kita bertarung[2]. Beda dengan strategi-strategi dari pemikir lain yang lebih kepada strategi implementasi perang secara tehnik.

Mengenai siapakah Sun Tzu hingga sekarang masih dalam perdebatan, tidak banyak yang tahu pasti siapa Sun Tzu dan dia hidup di zaman perang China apa. Sun Tzu, dilahirkan dengan nama Sun Wu, diperkirakan hidup dari tahun 544 SM sampai 496 SM. Dalam masa hidupnya, dia menuliskan kitab militer yang di rakyat Cina sendiri terkenal dengan nama "Sun Tzu" atau di kalangan orang barat dikenal dengan "The Art of War of Sun Tzu". Sun Tzu mengabdi kepada raja Ho-lu dari Wu. Dengan menjabat panglima perang Wu, dia dapat menaklukkan Ch'i dan Chin. Sejak itu namanya menjadi terkenal. Ketika pertama kali memperlihatkan kitab militernya kepada raja Ho-lu, ia ditanya apakah kitab tersebut dapat digunakan dalam segala medan dan oleh siapa saja. Dia menjawab, "Dapat." Keberhasilan strateginya diperlihatkan di dalam kemampuannya melatih 180 wanita penghibur istana menjadi tentara yang handal hanya dalam sekali latihan saja.

Kitab militer Sun Tzu mulai dikenal kalangan barat ketika sebelum masa Revolusi Prancis, seorang pendeta Prancis berhasil menerjemahkan kitab itu. Di Amerika sendiri, Henry Kissinger adalah seseorang yang sering menerapkan strateginya. Saat ini, kitab militer Sun Tzu tidak saja diaplikasikan dalam militer, namun juga bisnis, olah raga, diplomasi maupun bisa diterapkan di dalam kehidupan pribadi kita. Namun sayang, tidak banyak catatan sejarah yang dapat mengungkap lebih detail mengenai kehidupan Sun Tzu beserta bagaimana ia wafat, apakah di masa damai atau dalam pertempuran[3].

Banyak sekali kontribusi strategi Sun Tzu untuk diimplementasikan di dalam pembelajaran mahasiswa terhadap seluruh mata kuliah. Tingkatan paling atas strategi menurut Sun Tzu yakni strategi menang sebelum perang bisa diasumsikan dengan strategi usaha untuk membuat saingan kita kalah sebelum kita berjuang memperoleh apa yang menjadi kepentingan kita. Misalnya saja level keberhasilan terletak pada level diskusi kelas, kita bisa mengelabuhi saingan kita dengan cara memberitahukan materi yang salah yang tidak sesuai tema diskusi sehingga dia tidak memiliki persiapan secara materi untuk mengikuti diskusi karena salah materi, jadi dia tidak bisa mengikuti diskusi dengan baik daripada kita yang dari awal telah mempersiapkan materi yang tepat.

Dan apabila level keberhasilan terletak pada level nilai, sebisa mungkin kita bisa buat saingan kita tidak mendapatkan nilai sama sekali, apapun cara itu meskipun jahat asalkan kepentingan kita terpenuhi. Maka ketika kita sedang melaksanakan ujian, kita tidak memiliki saingan lagi. Seperti kata Sun Tzu tentang tipu muslihat, suatu perang dipenuhi oleh tipu muslihat dalam bentuk strategi, siapapun yang tidak mampu berstrategi dan tidak cakap dalam menggunakan tipu muslihat, tidak akan menang dalam perang apapun[4].

Kontribusi strategi Sun Tzu terhadap masalah sehari-hari bisa sangat berguna. Ada salah satu bab mengenai kekuatan strategi dari Sun Tzu yang sangat bagus, yakni "Jika jumlah anda lebih banyak berbanding sepuluh lawan satu, maka kepunglah musuhmu : Jika perbandingan itu lima lawan satu , serang mereka. Bila perbandingan dua lawan satu, hendaknya anda memecah-belah mereka. Bila anda seimbang, anda dapat memilih untuk bertempur. Jika sedikit lebih lemah dari musuh, anda harus mampu menarik diri. Jika sangat lemah, hindari pertempuran. Sebab bagaimanapun tegarnya, pasukan kecil akan menyerah pada kekuatan yang lebih besar dan unggul"[5]. Walaupun sekilas strategi ini nampaknya lebih cocok untuk strategi militer namun untuk bisnis strategi ini tidak kalah cocoknya. Dengan kata lain apapun yang ada hubungannya dengan persaingan, strategi kekuatan ini masih relevan untuk dijadikan pedoman.

" Sebab itu, suatu tentara yang tidak memiliki peralatan berat akan kalah dalam pertempuran; tentara yang tidak mempunyai bahan makanan tidak dapat bertahan hidup; tentara yang tidak mempunyai persediaan tak mungkin melanjutkan pertempuran"[6]. Oleh karena itu segala bentuk persiapan perlu dilakukan, walaupun itu hanyalah persiapan kecil. Siapapun itu, tentara, pebisnis, dosen, maupun mahasiswa perlu melakukan persiapan sebelum memulai suatu pertandingan.

Setiap strategi yang disarankan Sun Tzu memiliki suatu ciri khas tersendiri. Seperti pada konsepnya yang terkenal adalah mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri sekaligus mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan; maka seratus kali berperang, seratus kali akan menang. Walaupun konsep Sun Tzu ini tentang strategi perang, namun jelas dapat diterima secara logika dan diaplikasikan ke dalam masing-masing; baik dalam bidang kepemimpinan, marketing, manajemen, maupun perkembangan diri; serta masih tetap relevan hingga saat ini. Yang satu ini merupakan suatu tehnik berfikir cerdas mengenai pengoptimalan diri terhadap kekuatan dan kelemahan lawan. Untuk bisa memenangkan lawan, kita harus tahu kekuatan dan kelemahan lawan kita, dan kita harus tahu kekuatan kita, cari kelemahan kita, asah kelemahankita agar menjadi kekuatan untuk mengalahkan lawan kita.

Pada Bab I di dalam buku Sun Tzu Dan jika lawan lebih kuat dan tak tertandingi oleh kita, gunakan pihak lain untuk menghancurkannya, jadi kita tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga untuk membuat lawan kita lemah. Hingga sampai lawan kita dalam keadaan lemah atau terjadi konflik internal, inilah saat yang tepat untuk mengambil keuntungan di dalam diri musuh kita, kita manfaatkan keadaan lemah tersebut untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari lawan kita. Saat ini merupakan sebuah trik untuk menang mengalahkan musuh. Demikian pula pada Bab II yang lebih megutamakan pengelabuhan terhadap musuh untuk menemukan saat-saat lemah musuh untuk kita serang atau curi keuntungan.

Pada Bab III (Penyerangan) menjelaskan mengenai apa yang membuat lawan kita kuat, itu yang harus kita lemahkan atau hancurkan. Misalnya dalam kasus bisnis, apabila perusahaan itu sukses karena tim kreatifnya, maka kita ambil tim kreatif tersebut dengan bayaran yang lebih mahal misalnya atau dengan cara lain yang lebih ganas. Sedangkan misalnya dalam kasus perkuliahan, apabila saingan kita pintar karena di bantu oleh kakak kelas, maka kakak kelas tersebut bisa kita kelabuhi sampai tidak ingin membantu saingan kita lagi di dalam belajar. Di dalam Bab IV tepatnya Strategi 24 juga terdapat saran untuk membuat suatu sekutu, dan sekutu sebisa mungkin menyerang lebih dulu.

Pada Bab V (Strategi Pendekatan) berisi tentang tipu muslihat sama seperti pada bab pertama dan kedua. Sebenarnya bila dilihat-lihat, seluruh isi buku yang di tulis oleh Sun Tzu merupakan sebuah strategi penipuan. Seperti yang telah penulis sebutkan di atas bahwa apabila kita tidak pandai menipu lawan, maka kita tidak bisa dikatakan melakukan tindakan yang strategis. Sedangkan pada Bab VI pada intinya sama tapi lebih kepada mengelabuhi, seperti pada strategi yang ke 31 (Jebakan Indah), Kirim musuh anda perempuan-perempuan cantik yang akan menyebabkan perselisihan di basis pertahanannya. Strategi ini dapat bekerja pada tiga tingkatan. Pertama, penguasa akan terpesona oleh kecantikannya sehingga akan melalaikan tugasnya dan tingkat kewaspadaannya akan menurun. Kedua, para laki-laki akan menunjukkan sikap agresifnya yang akan menyulut perselisihan kecil di antara mereka, menyebabkan lemahnya kerjasama dan jatuhnya semangat. Ketiga, para perempuan akan termotivasi oleh rasa cemburu dan iri, sehingga akan membuat intrik yang pada gilirannya akan semakin memperburuk situasi[7].

Diantara 35 strategi yang lainnya, strategi yang ke 36-lah yang paling menentukan keberhasilan dari tiap-tiap strategi yang telah kita dilaksanakan di atas. Strategi itu adalah lari untuk bertempur di lain waktu, dan kata-kata ini diabadikan oleh rakyat China menjadi sebuah peribahasa. “Jika seluruhnya gagal, mundur” - Jika keadaannya jelas bahwa seluruh rencana aksi anda akan mengalami kegagalan, mundurlah dan persatukan pasukan. Ketika pihak anda mengalami kekalahan hanya ada tiga pilihan: menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan.
Selama kita tidak kalah, anda masih memiliki sebuah kesempatan untuk menang![8].

KESIMPULAN

Strategi Sun Tzu memiliki keistimewaan tersendiri dari strategi-strategi yang dikeluarkan oleh para pemikir strategi yang lain. Pertama, Sejarah Sun Tzu yang hingga sekarang belum jelas dari mana Sun Tzu bisa menulis buku tersebut apakah di saat perang 200 tahun China terjadi atau setelah perang, karena hebat jika Sun Tzu bisa menulis buku strategi perang jika beliau belum pernah mengalami perang. Kedua, Strategi ini memiliki kontribusi yang banyak bagi seluruh bidang di kehidupan dan strategi Sun Tzu masih relevan bila diimplementasikan pada zaman sekarang dan cocok untuk segala bidang mulai dari politik, ekonomi bisnis, hingga kehidupan pribadi. Dan yang terakhir mengenai filosofi perang Sun Tzu yang berusaha menjaga supaya kita tidak rugi selama perang berlangsung dan juga memberikan saran yang bagus yakni Perang bukan ide yang paling baik. Pada intinya, perang sangat tidak dianjurkan.



[1] http://www.gatra.com/2004-07-29/artikel.php?id=42153, Di akses pada tanggal 25 Oktober 1988

[2] Ibid.

[3] http://forum.kafegaul.com/archive/index.php/t-106817.html, diakses pada tanggal 25 Oktober 2008

[4] http://xendro.wordpress.com/2008/08/22/sun-tzu/, Di akses pada tanggal 25 Oktober 2008

[5] http://www.mikroskil.ac.id/news.php?news_id=24, Di akses pada tanggal 25 Oktober 2008

[6] Ibid.

[7] http://www.aboutme.multiply.com, diakses pada tanggal 25 Oktober 2008

[8] Ibid.


No comments: