January 19, 2009

What is Strategic Thinking?

By: 070610289

Abstract

This paper describes about the definition, case study about the strategic thinking and Liedtka Model of the Elements of Strategic Thinking. Strategic thinking is a learned skill. It always involves change or transformation. In daily life, beside the business and military field, the best thing we can gain while thinking strategically is it makes you eliminate the trivial parts and transform it into the best ‘what-you-need’ benefit. In the simple words, strategic thinking means any thinking that leads to action in line with our goals. Therefore any thinking that not in line with our goals, is not a strategic thinking.

Keywords: strategy, strategic thinking, objectives, Liedtka’s Element of Strategic Thinking.

A. Pendahuluan

Dalam beberapa hal penting, kita tidak akan pernah lepas dari strategi. Baik strategi dalam kehidupan sehari-hari yang secara sadar diimplementasikan untuk kepentingan diri sendiri ataupun dampak yang kita rasakan atas strategi yang diterapkan individu lain yang dapat mempengaruhi kehidupan kita. Ataupun strategi lain yang berupa kebijakan-kebijakan para penguasa atau pemimpin negara, yang secara langsung maupun tidak langsung akan membawa dampak bagi kehidupan kita.

Penerapan strategi ini tidak terlepas dari fakta bahwa selain sebagai makhluk sosial, manusia juga adalah makhluk politik yang secara sadar akan terus bersaing dan berusaha agar tetap bertahan hidup. Dan untuk tetap bertahan, strategi sangat diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Mengutip pemikiran E.H. Carr dalam The Twenty Years’ Crisis[1], bahwa ada konflik kepentingan yang dalam baik konflik tersebut terjadi antar negara maupun antar masyarakat. Bahwa kekuasaan dan kelebihan tidak bersifat simetris. Dan ‘mereka yang tidak memiliki kekuasaan’, ‘mereka yang tidak diperhitungkan’, ‘mereka yang tidak punya’ akan berjuang mengubah situasi tersebut. Persaingan seperti tentunya membutuhkan strategi matang dalam usaha pencapaian tujuan tersebut.

Dan dalam makalah ini, hal yang menjadi fokus utamanya adalah pemikiran strategis (strategic thinking). Makalah ini memiliki empat bagian. Pada bagian yang pertama akan dipaparkan terlebih dahulu sebuah studi kasus yang dapat menyederhanakan pemahaman mengenai strategi, strategis, dan pemikiran strategis. Dan definisi dari para teoris akan dipaparkan setelahnya. Selain itu akan dipaparkan pula aktivitas-aktivitas strategis menurut Kenichi Ohmae yang terdiri dari pemikiran strategis, manajemen strategis dan perencanaan strategis.

Dalam bagian kedua akan dipaparkan tentang elemen-elemen pemikiran strategis dengan menggunakan pemikiran J.M. Liedtka yang dikenal dengan Liedtka Model of The Elements of Strategic Thinking. Sedangkan di bagian ketiga berisi tentang kesimpulan yang akan mempermudah dan memperkuat pemikiran strategis yang telah dijelaskan sebelumnya.

B. Pemikiran Strategis

ALDI dan LIDL Supermarket di Tengah Credit Crunch

Krisis keuangan global memang menjadi petaka di penghujung tahun 2008. Kelesuan ekonomi membuat jutaan orang di seluruh dunia mengalami pemutusan hubungan kerja atau masalah keuangan akut, termasuk juga para pekerja di Inggris. Harga-harga kebutuhan pokok melambung sedangkan penghasilan tetap atau bahkan menurun. Kondisi seperti inilah yang dilihat sebagai sebuah kesempatan dan dimanfaatkan dengan baik oleh supermarket kecil di Inggris seperti ALDI dan LIDL.

ALDI dan LIDL adalah salah satu jaringan supermarket asal Jerman yang ada di Inggris. Sebelum krisis keuangan global, masyarakat Inggris yang terkenal sangat menjaga gengsinya, hanya mau berbelanja kebutuhan hidup sehari-hari di supermarket yang sesuai dengan tingkat kelas mereka. Para miliuner akan berbelanja di Harrods Food Hall, para eksekutif di Waitrose, kelas menengah akan berbelanja di Sainsbury dan TESCO dan masyarakat menengah ke bawah akan berbelanja di ASDA atau Morrison. Sedangkan ALDI dan LIDL dipandang hanya untuk kalangan paling bawah atau poor people. Bahkan sebagian besar masyarakat Inggris memberikan label poor food for poor people untuk supermarket-supermarket dari Jerman ini. Ataupun cemoohan seperti tidak akan memegang daging, ikan atau keju dari kedua supermarket tersebut, meskipun dengan tongkat panjang (bargepole). [2]

Keputusan untuk berhemat di sebagian besar masyarakat Inggris akibat krisis global tidak disia-siakan oleh supermarket tersebut. Tujuan awalnya adalah menarik pelanggan dengan mengubah stereotype masyarakat terhadap supermarket mereka terlebih dahulu. Caranya adalah dengan melakukan promosi besar-besaran. Promosi merupakan hal yang lazim bagi suatu perusahaan untuk memperkenalkan dan menjual komoditas perusahaan. Yang membedakan adalah ALDI dan LIDL tahu bagaimana cara memanfaatkan kesempatan yang ada, yang timbul akibat credit crunch, istilah krisis keuangan global yang digunakan masyarakat Inggris, tersebut dengan melakukan promosi yang tepat.

Dengan pemikiran strategis, supermarket tersebut tidak mengubah image supermarket mereka dengan berusaha mengubah tampilan bangunan, memperindah atau memperbesar ukuran supermarket hingga mampu menyaingi supermarket besar lainnya, yang tentunya akan menghabiskan biaya yang besar. Namun cukup dengan memanfaatkan kondisi yang timbul akibat credit crunch.

Salah satu caranya adalah dengan membuka kedok supermarket besar di Inggris yang mengambil margin keuntungan yang lebih tinggi daripada seharusnya. Untuk merealisasikannya, supermarket tersebut menempelkan poster di pintu masuk supermarket yang isinya membandingkan harga sekeranjang produk di supermarketnya dengan supermarket lain seperti TESCO, ASDA, Sainsbury dan Morrison yang memang jauh lebih mahal untuk produk yang sama. Dan promosi ini turut ‘berjasa’ menyadarkan masyarakat Inggris akan keuntungan yang diambil supermarket besar yang memanfaatkan psikologis gengsi mereka.

Atau promosi lain, seperti menempelkkan poster “Ubah tempat belanjamu, bukan gaya hidupmu.”

Promosi ini berhasil. Tujuan ALDI dan LIDL tercapai. Masyarakat Inggris tidak segan lagi berbelanja di supermarketnya. Penjualan ALDI naik 30% dan LIDL terpilih sebagai supermarket terbaik dengan harga termurah versi majalah Which.[3]

Sebagian orang bisa jadi menganggap kesuksesan yang diperoleh supermarket asal Jerman ini hanyalah sebuah keberuntungan di tengah bencana krisis keuangan global. Namun keberuntungan seperti ini jika tidak dilandasi oleh pemikiran yang strategis hanya akan menjadi sebuah keberuntungan sambil lalu yang tidak akan membawa manfaat jangka panjang. Karena pada dasarnya kesuksesan tidak sepenuhnya ditentukan dari adanya keberuntungan atau kesempatan besar namun pada tujuan atau target strategis yang secara sistematis dijalankan. Dan strategi digunakan untuk mengubah keberuntungan yang ada tersebut menjadi kinerja terbaik untuk mencapai tujuan.

a) Definisi Pemikiran Strategis

“In strategy everything is simple, but not that account very easy.” (Clausewitz)

Seperti yang dikatakan Clausewitz, segala hal dalam strategi adalah sederhana tapi tentu tidak semudah itu. Kesederhanaan tersebut dimaksudkan agar strategi tersebut mudah untuk diingat dan diterapkan. Masalah yang dihadapi bisa jadi sangat begitu kompleks namun strategi yang dirancang untuk memecahkan masalah tersebut haruslah jelas dan sederhana. Kompleksitas hanya akan menimbulkan kerancuan dan ketidakpastian.

Dengan maksud menghindari kerancuan tersebut, sebelum melangkah ke penjabaran pemikiran strategis akan dipaparkan terlebih dahulu mengenai penegasan signifikan antara pemikiran strategis dengan perencanaan strategis.

b) Definisi dari Para Pembuat Teori

Henry Mintzberg[4] salah satu pelopor dalam manajemen strategis, dalam The Rise and Fall of Strategic Planning, dengan jelas menekankan perbedaan antara pemikiran strategis dengan perencanaan strategis. Mintzberg menyebutkan bahwa perencanaan strategis adalah rangkaian rencana sistematis strategis dimana sebuah rencana aksi dikembangkan. Sedangkan pemikiran strategis adalah proses menyatukan intuisi dan kreativitas yang hasil akhirnya adalah sebuah perspektif terintegrasi mengenai perusahaan.

Ralph Stacey[5] dalam Managing The Unknowable mendefinisikan pemikiran strategis sebagai pengunaan analogi – analogi dan persamaan kualitatif untuk mengembangkan ide - ide baru yang kreatif dan menyusun tindakan/aksi yang berdasar pada pengetahuan baru.

Sedangkan Raimond[6] mendefinisikan pemikiran strategis dengan mendefinisikan strategi terlebih dahulu kemudian membaginya ke dalam dua mode, yaitu strategi sebagai mesin intelegen, seperti data-driven, pendekatan proses informasi dan strategi sebagai imajinasi kreatif. Dalam hal ini, yang dimaksudkan Raimond sebagai sebuah pemikiran strategis adalah mode yang kedua, strategi sebagai imajinasi kreatif. Sedangkan strategi sebagai mesin intelegen adalah pendefinisian Raimond untuk perencanaan strategis. Secara singkat, Raimond mendikotomi pemikiran strategis sebagai keturunan strategi ke arah kreatif sedangkan perencanaan strategis menempati level analitis.

Center for Applied Research[7] menyebutkan bahwa pemikiran startegis berfokus pada pencarian dan pengembangan kesempatan unik untuk menciptakan nilai yang memungkinkan dialog proaktif dan kreatif antara orang yang dapat mempengaruhi arah perusahaan.

Dengan menyimpulkan pemikiran para pembuat teori di atas, terlihat bahwa perbedaan antara pemikiran strategis dan rencana strategis terletak pada proses bidangnya. Pemikiran strategis lebih kepada proses kreatif sedangkan perencanaan strategis lebih kepada proses analitis yang sistematis. Namun dalam proses tersebut, keduanya bergerak untuk mencapai tujuan walaupun ditempatkan di spektrum yang berbeda.

c) Aktivitas-aktivitas Strategis menurut Kenichi Ohmae

Kenichi Ohmae dalam Introducing Strategic Management[8] mengelompokkan pemikiran strategis, manajemen strategis dan perencanaan strategis ke dalam sebuah term yang disebut strategic activities (aktivitas-aktivitas strategis).

Pemikiran Strategis (Strategic Thinking)

Bagi Ohmae, beberapa pemikiran strategis bermula dari munculnya ide-ide strategis yang sangat sederhana. Ide ini kemudian dapat memperjelas hal-hal khusus apa yang sangat kita butuhkan untuk mencapai suatu tujuan atau menyelesaikan suatu masalah.

Ohmae menyebutkan bahwa pemikiran strategis tidak harus selalu terjadi di kalangan para pebisnis atau kalangan petinggi militer, walaupun strategi pada awalnya muncul di area militer. Pemikiran strategis juga dapat muncul di kehidupan sosial, estetika dan bidang lainnya seperti perlombaan olahraga.

Walaupun berdasar pada pemikiran bahwa strategi dapat dijumpai di mana saja dan dilakukan oleh siapa saja, namun tidak semua orang yang terlibat dalam pemikiran strategis sadar bahwa tindakan - tindakan mereka tersebut adalah hasil dari sebuah pemikiran strategis. Karenanya, Ohmae mendefinisikan pemikiran strategis menjadi dua, yaitu pemikiran strategis eksplisit dan pemikiran strategis implisit.

Pemikiran startegis yang implisit seringkali berasal dari aktivitas yang jauh dari ranah bisnis. Pemikiran strategis implisit ini lebih banyak berasal dari sektor kelangsungan hidup manusia dan kesenangan atau kepuasan manusia. Sedangkan pemikiran strategis eksplisit adalah kebalikan dari pemikiran strategis implisit dimana strategi tersebut dijalankan secara sengaja dan dengan kesadaran dan pemahaman penuh mengenai pemikiran tersebut.

Manajemen Strategis (Strategic Management)

Manajemen strategis diartikan setiap aksi manajemen yang diambil untuk merealisasikan sebuah strategi. Namun para strategist dalam area bisnis tidak hanya terlibat dalam pemikiran strategis saja. Mereka tidak membatasi diri hanya untuk memikirkan sebuah strategi, mereka bertindak untuk melanjutkan visi mereka. Visi di sini diartikan sebagai arah aksi yang harus mereka ambil demi tercapainya tujuan organisasi. Manajemen strategis kemudian menerjemahkan visi strategis ke dalam aksi strategis. Seluruh aksi diatur berdasarkan pedoman perealisasian visi.

Perencanaan Strategis (Strategic Planning)

Di satu sisi, terkadang strategi dan perencanaan dipandang sebagai dua hal yang sama. Sedangkan di sisi lain, dianggap sebagai dua hal yang berbeda. Strategi meletakkan sasaran atau tujuan, sedangkan perencanaan menunjukkan bagaimana cara untuk mencapai sasaran atau tujuan tersebut. Cara yang paling jelas dalam membedakan keduanya adalah dengan memandang strategi, tidak hanya sebagai sebuah rencana namun sebagai daftar manifestasi secara keseluruhan, yang di dalamnya mencakup pola, perspektif, posisi dan taktik. Sedangkan perencanaan adalah sesuatu hal yang anilitis. Perencanaan berperan dalam mengubah segala hal yang ada menjadi formal dan sistematik. Dalam prosesnya, perencanaan membutuhkan data - data terperinci yang relevan untuk pencapaian target - target strategis.

Dalam perencanaan, sebagian berhubungan dengan target, restrukturisasi perusahaan dan membentuk kembali lingkungan kerjanya. Dan sebagian lagi berhubungan dengan bagaimana menggunakan secara efektif kemampuan dan peralatan yang telah dimiliki perusahaan tersebut untuk kepentingan pencapaian tujuan.

Secara umum, perencanaan strategis juga dapat diartikan sebagai penerjemahan rencana jangka pendek menjadi rencana operasional dan administratif jangka pendek.

d) Hubungan dan Perbedaan

Aktivitas - aktivitas strategis ini kemudian dipahami sebagai tiga langkah terpisah dalam kesatuan proses sistematik pembuatan strategi.

Pemikiran strategis berisi tentang pembangunan visi, yang mencakup proses pendefinisian dan pencapaian tujuan dalam keadaan masa depan yang kompleks dan tidak pasti. Pemikiran strategis berhubungan dengan proses memikirkan kembali masa depan sedemikian rupa sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal.

Sedangkan manajemen strategis berhubungan dengan menyusun kembali beberapa bagian dalam masa depan yang diinginkan. Pemikrian yang strategis hanya akan menjadi hal yang sia-sia jika tidak melakukan manajemen strategis ini. Karenanya tahap ini penting untuk dilaksanakan.

Aktivitas strategis yang ketiga adalah perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah langkah lanjut dari pembentukan masa depan yang sebelumnya telah disusun ulang dalam manajemen strategis. Tahap ini adalah tahap lanjut yang akan memproses data-data, yang seringkali masih berupa data awal yang terpisah-pisah dan belum lengkap, dari tahap sebelumnya. Dalam tahap inilah, hasil kerja dari dua tahap sebelumnya diterjemahkan ke dalam bentuk rencana tertulis yang formal dan koheren. Juga ke dalam tindakan-tindakan yang akan merealisasikan rencana-rencana yang telah disusun sebelumnya.

C. Atribut Strategic Thinking

Dalam bukunya, Strategic Thinking: Can it be Taught?, J.M. Liedtka[9] menggunakan lima elemen utama dalam pemikiran strategis. Dengan model ini, pemikiran strategis dedifinisikan sebagai sebuah cara berpikir khusus, dengan karakteristik yang sangat terperinci dan jelas. Lima atribut tersebut adalah:

1. Sistem Perspektif Holistik

Sistem perspektif holistik ini diartikan dengan merujuk bahwa seorang pemikir strategis harus mempunyai sistem mental dan pikir nilai kreasi yang lengkap, mulai dari awal hingga akhir. Juga memahami saling ketergantungan dalam rantai pikir tersebut. Pemikiran strategis lebih mengarah kepada sebuah orientasi secara keseluruhan daripada hanya fokus pada satu bagian tertentu saja.

Terdapat dua perspektif dalam sistem ini yaitu, perspektif vertikal dan horisontal. Dalam perspektif vertikal, pemikir strategis melihat pertalian dalam sistem dari berbagai perspektif yang ada dan memahami hubungan di antara lembaga-lembaga yang terlibat di dalamnya dari level fungsional strategis ke konteks eksternal, dan juga pilihan pribadi sehari-hari yang mereka buat. Sedangkan dari perspektif horisontal, mereka juga harus memahami hubungan di luar departemen dan fungsi, dan memahami hubungan antara pemasok dan pembeli.

Teknik-teknik yang mungkin dapat diterapkan untuk membantu atribut pertama ini antara lain: pemetaan kelebihan-kelebihan yang diniliki, pemetaan situasi dan kondisi, pemetaan selera pasar, sistem analisis nilai, dan konferensi yang berfokus pada pembangunan masa depan.

2. Berfokus pada tujuan

Pemikiran strategis memiliki arah dan tujuan yang jelas. Walaupun dalam usaha pencapaian itu sendiri seringkali terdapat hambatan atau penundaan-penundaan yang tidak terhindarkan. Karena, pada dasarnya pemikiran strategis secara berkesinambungan, berhubungan dengan dan dikemudikan oleh pembentujan dan pembentukan kembali tujuan tersebut. Namun karena tetap berada di jalur yang tepat maka tujuan tersebut pada akhirnya tetap akan terwujud secara maksimal.

Teknik utama yang digunakan dalam aspek ini secara umum dapat diilustrasikan dengan penulisan cerita.

3. Berpikir di waktu yang benar

Strategi tidak sepenuhnya dikemudikan oleh masa depan namun oleh jarak atau kesenjangan antara realitas sekarang dan tujuan di masa depan. Seorang pemikir strategis dapat menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan. Pemikiran strategis adalah sebuah proses dinamis membaca sebuah pengetahuan atau kejadian di masa lalu yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

Teknik paling penting yang bisa diaplikasikan dalam aspek ini adalah pembangunan skenario, analisis kesenjangan, dan penggunaan sistematik analogis, seperti studi kasus.

4. Hypothesis-driven

Atribut ini menghubungkan pemikiran strategis dengan metode ilmiah. Menciptakan hipotesis kemudian mengujinya sangat diperlukan. Karenanya, kreativitas dibutuhkan dalam pemikiran strategis dalam menyulap data-data yang ada menjadi hipotesis. Dan sikap kreatif tersebut digunakan pula dalam menempatkan hipotesis tersebut sebagai sebuah subjek uji coba.

Atribut ini mencakup beberapa teknik seperti, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, kemudian membedakan antara apa yang telah diketahui, apa yang belum diketahui dan apa yang diasumsikan yang diakhiri dengan mengajukan pertanyaan: pengetahuan baru apa yang akan mengubah perkiraan khusus.

5. Intelligent opportunism

Dalam prosesnya, selalu ada tempat kosong bagi hal - hal baru, bisa apa saja, yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan. Baik itu berupa kecerdasan lokal yang berasal dari siapapun dalam sebuah organisasi tersebut, maupun strategi lainnya yang telah ada atau strategi-strategi baru yang dapat menyumbang pemahaman - pemahaman baru.

Teknik-teknik yang relevan dalam atribut ini adalah proses membagi dan membandingkan, dan teknik-teknik simulasi lainnya.

D. Kesimpulan

“Creativity cannot be taught, but it can be learned.” (Kenichi Ohmae)

Setelah pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir strategis salah satu cara berpikir rasional yang secara maksimal mengeyampingkan emosionalitas, melankolis dan sentimental demi tercapai tujuan. Dengan berpikir strategis, kita dapat memilah hal-hal yang penting, agak penting dan tidak penting, atau secara singkatnya hanya mengambil hal-hal esensial yang sejalan dengan strategi dan misi awal yang sebelumnya telah disusun.

Berpikir strategis tidak harus melulu mengeluarkan ide baru namun juga dapat mengkombinasikan ide-ide lama yang jika diaplikasikan dapat menjawab permasalahan yang ada. Begitu pula dengan permasalahan yang besar dan rumit tidaklah harus selalu diimbangi dengan solusi ‘wah’ yang terkadang terkesan rumit dan membingungkan. Sebuah solusi sederhana pun sebenarnya mampu menjawab permasalahan tersebut. Tergantung pada apakah strategi yang dipilih tersebut memang sejalan dengan tujuan akhir yang ingin dicapai.

Pemikiran strategis tidaklah serumit yang dibayangkan. Pemikiran ini terkadang terbentuk dari penggunaan sebuah ide baru atau kombinasi baru dari ide - ide lama untuk menyelesaikan masalah yang besar. Secara umum, pemikiran strategis menciptakan cara berpikir baru yang kreatif untuk menghadapi masalah - masalah yang kompleks. Pemikiran strategis lebih bersifat proaktif ketimbang reaktif, lebih bersifat inovatif daripada imitatif dan sebuah pemikiran yang berpikir jauh kedepan dan selangkah lebih maju pada saat itu. Pemikiran strategis sengaja diciptakan untuk kondisi yang dinamis, dimana hal ini akan berguna dalam pengembangan substansial dan aplikasi tambahan.

Seorang pemikir yang strategis akan berpikir di luar pemikiran rutin orang kebanyakan. Pemikir strategis ini akan berpikir melewati cara berpikir pada umumnya dan berpikir di luar model ide-ide umum atau standar. Para pemikir ini dapat mencari relasi atas kejadian-kejadian tertentu dan mengambil tindakan sebelum orang lain dapat menyadarinya.



[1] E.H. Carr, The Twenty Years’ Crisis, in Robert Jackson & Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, p.54.

[2] Nurani Susilo, Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja warga Inggris (1): Pindah Pasar Swalayanmu, Bukan Gaya Hidupmu, Jawa Pos, 1 January 2009, p. 1.

[3] Ibid, p. 31.

[4] Henry Mintzberg, The Rise and Fall of Strategic Planning, 1994 in Eton Lawrence, Strategic Thinking: A Discussion Paper, Public Service Commission of Canada, April 27 1999, Canada, 1999, p. 3-4. http://www.csun.edu/bus302/Course/Materials/Cases/strategic.thinking.pdf (23 December 2008)

[5] Ralph Stacey, Managing the Unknowable, 1992, ibid.

[6] P. Raimond, Two Style of Foresight: Long Range Planning, 1996, ibid.

[7] Center for Applied Research, Briefing Notes: What is Strategic Thinking, Four Penn Center, Philadelphia, 2001, p.1. Available: http://www.cfar.com/Documents/strathink.pdf (25 December 2008)

[8] Kenichi Ohmae, Thinking and Acting Strategically, Introducing Strategic Management, Chapter 2. Available: http://www.palgrave.com/business/white/docs/White%20-%20PDF%20file%20-%20blue%20chapter%202.pdf (25 December 2008).

[9] Jeanne M. Liedtka, Strategic Thinking: Can it be taught? 1998 in Eton Lawrence, Strategic Thinking: A Discussion Paper, Public Service Commission of Canada, April 27 1999, Canada, 1999, p. 3-4. http://www.csun.edu/bus302/Course/Materials/Cases/strategic.thinking.pdf (2 January 2009)