January 16, 2009

Military Strategy

By: Rendi Trias Zulfikar


Jauh sebelum dunia mengenal helikopter dengan rotor ganda dan taktik menembus basis musuh, Islam sudah mengenal kemiliteran. Dan jika diperlukan, dibuatlah strategi. Inilah sejarah awal militer pada zaman Rasulullah. Jauh sebelum Pentagon menemukan MOUT, kepanjangan dari Military Operation on Urban Terrain atau suatu taktik perang militer baru yang diciptakan oleh Pentagon untuk mewaspadai perubahan sifat pertempuran yang tidak lagi berkutat di sekitar hutan belantara ataupun padang pasir, namun peperangan pada lingkungan urban, Islam telah mengenal taktik dalam peperangan. Sebab, militer dalam Islam, adalah salah satu bagian dari mempertahankan dakwah.

to what extent is strategy developed in field of military?

(pada tingkatan apa strategi berkembang dalam bidang militer?)

Who are on the stake?

(siapa saja aktor dalam strategi militer)?

How militaristic is the study of strategy?

(seberapa siap untuk berperang-kah studi pembelajaran strategi itu?)

Untuk menjawab pertanyaan di atas, perlu dijabarkan terlebih dahulu latar belakang dari strategi militer itu sendiri. Pada dasarnya, strategi militer telah dikenal sejak 500 tahun sebelum masehi, yang dipergunakan oleh Sun Tzu dan para Spartan. Dalam dunia pertempuran Islam, terdapat istilah yang disebut dengan jihad. Jihad adalah suatu perjuangan yang dilakukan atas nama Allah. Dalam ber-jihad, tentara Allah tak cuma tangguh fisik dan mentalnya, tetapi juga cerdas. Ini terbukti dari kemampuannya mengatur strategi perang.

Di samping Rasulullah sendiri, beberapa sahabat dikenal lihai dalam bertempur, seperti Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu (RA), Ali bin Abi Thalib RA, Salman Al-Farisi RA, Khalid bin Walid RA, dan banyak lagi yang lainnya. Strategi jitu tercermin di kancah pertempuran Khandaq (5 H atau 627 M). Saat itu jumlah kaum Muslimin juga sedikit, namun berhasil mempertahankan kota Madinah dari serangan kaum Quraisy yang bersekutu dengan beberapa Kabilah Arab dan Yahudi. Sebelum musuh datang, Salman Al-Farisi mengusulkan pembuatan parit untuk menghalangi lawan masuk kota. Rumah-rumah yang dihubungkan dengan lorong ditutup sehingga kota bagaikan benteng yang kokoh. Siasat ini terbukti sukses. Pasukan sekutu pimpinan Quraisy tidak berani masuk kota Madinah dan hanya bertahan di luar kota. Dalam keadaan seperti itulah seorang sahabat bernama Nu’aim bin Mas’ud mampu memperdaya dengan siasat adu domba sehingga musuh terpecah belah. Akhirnya pasukan sekutu itu pulang tanpa membawa hasil.

Bahkan Robert Green telah membuat buku 33 Strategi Perang yang sangat berguna dalam melakukan peperangan. Selain itu, Niccolo Machiavelli dalam bukunya “the Art of War” membagi suatu hubungan antara militer dan penduduk dan formasi dari grand strategy. Hal ini terbukti dalam Perang Tiga Puluh Tahun, yang dimenangkannya perang tersebut pada jaman Kerajaan Romawi kuno. Tidak sampai disitu, pada abad ke-18 strategi militer telah menjadi suatu studi dalam pengajaran Hubungan Internasional. Pada Perang Tujuh Tahun(1756-1763), Frederick the Great mengembangkan “strategy of exhaustion” untuk menahan serangan dari bangsa Prussia. Kemudian dari tahun ke tahun terjadi beberapa peperangan di berbagai belahan dunia dan memaksa para pelaku peperangan untuk berpikir, mencari, dan membuat strategi baru untuk memenangkan suatu perang. Para ahli strategi banyak menggunakan dan menyerap strategi dari Sun Tzu maupun Von Clausewitz dan membuat taktik baru yang telah di improvisasi.

Setelah mengetahui latar belakang dari strategi militer muncul pertanyaan baru, sebenarnya apakah strategi dan taktik militer itu? Keduanya adalah gagasan dasar yang membantu seorang partisipan perang dalam mencapai tujuan dari peperangan yang dilakukannya. Dalam skala kecil, ia membantu seorang prajurit dalam medan pertempuran, dan dalam skala besar, ia membantu seorang pemimpin politik (contoh: presiden). Tapi keduanya sebenarnya berbeda.

Sebelum mengetahui perbedaannya, ada baiknya jika dilakukan pemahaman terhadap pertempuran dan peperangan terlebih dahulu. Karena, seperti halnya strategi dan taktik, kedua hal tersebut merupakan dua hal yang berbeda.

Pertempuran adalah situasi dimana bertemunya dua pihak atau lebih yang memiliki tujuan yang saling bertentangan dalam suatu medan, yang mana masing-masing pihak berkeinginan untuk mencapai kemenangan dan mengalahkan satu sama lain. Pertempuran adalah saat dimana bertemunya kontak fisik secara langsung antara pihak-pihak yang saling bermusuhan dilancarkan satu sama lain, sehingga keduanya bisa saling memberikan kerusakan untuk mencapai suatu tujuan.

Sementara itu, peperangan adalah suatu konflik skala besar yang berlangsung lama dan melibatkan banyak nyawa yang berada dalam setidaknya dua pihak. Peperangan adalah kondisi dimana terdapat dua atau lebih pihak yang saling bertarung untuk memperebutkan atau mendapatkan hal-hal tertentu. Peperangan tidak harus melibatkan kontak fisik secara langsung antara elemen – seperti prajurit dan masyarakat – dari masing-masing pihak, melainkan ia hanya sebatas konflik yang kemudian melandasi timbulnya bentrokan fisik antara elemen dari masing-masing pihak.

Sekarang soal strategi dan taktik militer itu sendiri. Strategi militer adalah susunan perencanaan untuk melancarkan sebuah peperangan, yang didalamnya termasuk penyusunan bala tentara, pelancaran operasi militer, dan siasat penipuan musuh, untuk meraih kemenangan suatu pihak demi kepentingan politik. Sementara taktik militer merupakan teknik dan perencanaan penyusunan unit-unit militer untuk mengalahkan lawan dalam pertempuran.

Mudahnya, yang membedakan strategi militer dengan taktik militer terletak pada luas cakupannya; taktik militer hanya membahas pada permasalahan bagaimana cara suatu organisasi militer yang diturunkan dalam medan pertempuran agar berhasil dalam menjalani operasi militernya, sementara strategi militer membahas tentang bagaimana cara sebuah pihak – atau negara – untuk memenangkan peperangan dengan negara lain demi mencapai kepentingan politiknya masing-masing.

Setelah mengetahui perbedaan antara strategi dan taktik, maka kita dapat menyimpulkan bahwa studi strategi militer kini lebih mengarah kepada pengembangan cara-cara agar suatu pihak dapat memenangkan suatu pertempuran(perang). Para pemikir strategi mencari inovasi-inovasi baru seperti mengatur berbagai elemen militer seperti tentara, persenjataan,logistik, mencari peluang kemenangan dengan hasil maksimal dan pengorbanan minimum. Selain itu, para ahli juga mengembangkan kondisi dari tingkat “Survive” menjadi lebih ke arah Security”. Namun mereka tetap berpegang pada prinsip bahwa lawan adalah musuh yang harus dikalahkan. Dan ketika strategi militer telah menjadi kepentingan yang sangat mendesak, maka kebutuhan pengembangan persenjataan menjadi keharusan. Di Asia Timur, Cina dan Jepang sudah memperlihatkan perkembangan ke arah yang demikian.

Cina saat ini tengah melakukan modernisasi persenjataan dengan memberi penekanan pada penguatan kekuatan laut yang mengarah pada blue water navy, yaitu penguasaan kemampuan militer untuk beroperasi di lautan bebas. Hal ini terlihat dari keinginan angkatan laut Cina untuk memiliki kapal induk. Diperkirakan tahun 2015 nanti Cina akan memiliki kapal induk tersebut.

Selain itu, Cina juga menjalin kerjasama strategis dengan Pakistan dan Myanmar. Dengan Pakistan, Cina memperoleh akses pelabuhan di Gwadar, Pakistan. Sementara dengan Myanmar, Cina memperoleh akses fasilitas laut di Dawei, Myanmar. Penguasaan blue water navy yang diikuti oleh keberadaan pangkalan militer di Pakistan dan Myanmar tentunya akan membuka akses Cina ke Asia Selatan dan Timur Tengah yang kaya minyak dan mengontrol jalur laut perdagangan internasional yang menyuplai kebutuhan energi bagi Cina.

Kemudian, pengembangan strategi militer juga dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas dari kemiliteran suatu negara. Contoh : kita semua mengetahui bahwa militer AS saat ini merupakan yang paling kuat di seluruh dunia. Teknologi tempur AS terbaik meliputi persenjataan konvensional, biologi, kimia, nuklir, dan sistem transportasinya. Sebagai contoh, di laut, AS memiliki 9 armada tempur dan sedang mempersiapkan armada kesepuluh. Pada setiap armada terdapat kapal induk (supercarrier) yang mampu membawa 4500 hingga 6000 orang sekaligus. Di samping supercarrier, beberapa kapal penjelajah dan kapal selam nuklir biasanya termasuk dalam satu satuan armada tempur. Sementara itu, Rusia hanya memiliki satu kapal induk modern yang tonnasenya hanya separuh dari supercarrier AS. Inggris dan Perancis hanya memiliki beberapa kapal induk kecil.

Militer AS juga mendominasi udara. AS memiliki tiga tipe pesawat siluman (stealth), dua tipe pembom (bomber), dan penempur (fighter). Sementara itu, tidak ada negara lain yang memiliki pesawat siluman. Teknologi pengisian bahan bakar di udara (air refueling) menyebabkan bomber-bomber AS dapat menjangkau belahan dunia manapun.AS memiliki 6000 kepala nulir (warhead) yang siap dioperasikan. Sekitar dua ribuan ditanamkan pada rudal balistik antar benua di silo-silo seluruh AS, 3500 dipasang di kapal selam, dan beberapa ratus buah dibawa oleh pesawat pembom (Steve Weinberg, The Growing Nuclear Danger, New York Review of Books, 18/07/02).

Hal tersebut berguna dalam strategi militer dalam rangka untuk berjaga, bersiap, dan mendominasi jika sewaktu-waktu terjadi suatu pertempuran. Namun dengan adanya pengembangan di berbagai aspek di bidang kemiliteran, maka secara tidak langsung, kita juga harus mempersiapkan diri unutk menghadapi suatu perlombaan senjata.

Dengan makin berkembangnya pemahaman tentang strategi militer, banyak bacaan ataupun literatur yang mengatakan bahwa peran atau lebih tepatnya aktor yang melatarbelakangi munculnya strategi militer adalah: Sun Tzu, Napoleon, Genghis Khan, Clausewitz, pemimpin militer(Jenderal), dll. Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan untuk seorang pembuat keputusan seperti para komandan perang maupun kapten, yang sebenarnya menjadi aktor penting dalam pembuatan strategi militer. Mereka memiliki andil yang sangat besar dalam perkembangan studi strategi militer.

Dalam pelaksanaanya, para ahli banyak menggunakan literatur-literatur yang dibuat oleh para pendahulu, seperti buku Seni Perang Sunzi, yang dimana buku tersebut merupakan kitab zaman kuno tentang teori militer, dan juga merupakan salah satu kitab zaman kuno Tiongkok yang mempunyai pengaruh paling besar dan paling luas di dunia. Pikiran taktik dan strategi serta filsafat yang dibeberkan dalam kitab itu dimanfaatkan secara luas di bidang militer, politik, dan ekonomi.

Setelah mengidentifikasi, apakah strategi militer itu, bagaimana perkembangan strategi militer kini, dan memahami strategi militer, maka kita dapat merealisasikan strategi militer tersebut pada suatu pertempuran yang terjadi di masa yang akan datang. Karena jika kita telah menguasai strategi militer dengan sangat baik, maka bukan tidak mungkin kita akan memenangkan pertempuran tersebut.


No comments: