Abstract
Study of strategy has grown rapidly since its emergence on Napoleon’s era. The use of study of strategy itself has been changed following the shifting paradigm in international politics. This paper will examine about the definition of strategy itself. Then, it will be continued on explaining the major paradigm from classical strategy until contemporary paradigm of study of strategy. In the end of the paper, the concept of virtual war will be examined and considered in the development of contemporary study of strategy.
Strategi dan Studi Strategi
Terminologi strategi pada awalnya berasal dari kata Yunani berarti generalship atau dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinan (Nickols, 2000). Pengertian ini kemudian berkembang (baca: bergeser) sejalan dengan perkembangan politik internasional utamanya mengenai perang dunia kedua. Liddle Hart dalam Nickols (2000) menyebutkan bahwa strategi merupakan seni distribusi dan mengaplikasikan cara - cara militer dalam pemenuhan tujuan politis. Dalam masa ini, strategi dipahami dalam konteks militer saja.
Sekitar tahun 1970an, pengertian strategi ini kemudian berkembang seiring aplikasi studi strategi yang mencakup berbagai bidang kehidupan. Fred Nickols (2000) menyebutkan bahwa strategi merupakan terminologi yang menggambarkan sekumpulan pemikiran ide, pengetahuan, pengalaman, tujuan, memori, persepsi dan harapan yang merupakan guidance untuk tujuan spesifik dan dalam waktu yang spesifik pula. Masa ini ditandai dengan berkembangnya studi strategi ke dalam ranah ekonomi – yang kita kenal sebagai manajemen strategi.
Dalam pembahasan selanjutnya kita perlu membedakan antara studi strategi dan studi strategis. Studi strategi[1]merupakan telaah yang memfokuskan pada eksplorasi dan aplikasi strategi ke dalam bidang – bidang kehidupan. Di sisi lain, studi strategis[2] merupakan bagian dari perjalanan studi strategi sendiri. Selain studi strategis tersebut, studi strategi diwarnai oleh kajian strategi klasik dan manajemen strategi.
Pendekatan Studi Strategi :Strategi Klasik, Studi Strategis dan Manajemen Strategi
Studi mengenai strategi, jika ditinjau dari segi metodologi empiris, baru dimulai ketika studi strategis yaitu pasca perang dunia kedua sekitar tahun 1950an. Kendati demikian, dasar – dasar studi mengenai strategi sudah dimulai beberapa dekade bahkan abad sebelumnya. Salah satu diskursus strategi yang cukup terkenal dimulai ketika Sun Tzu menggambarkan wisdom mengenai strategi – strategi mencapai tujuan perang pada masa itu. Periode ini yang kita namakan sebagai periode strategi klasik.
Periode strategi klasik ini pada dasarnya hanya berdasarkan sebuah wisdom. Ini artinya studi strategi hanya sebagai suatu hal yang normatif. Terlebih lagi,fokus strategi lebih kepada troops deployment. Oleh karena itu, subyek utama dalam masa ini adalah jenderal perang. Jenderal ini yang kemudian mengatur strategi bagaimana melakukan engagement sumber daya yang ada secara baik. Jenderal ini kemudian juga mengatur bagaimana melindungi anggota – anggotanya. Secara umum, jenderal mengatur strategi agar sumber daya yang dia miliki bisa survive.
Studi strategi pada masa ini hanya bersifat rasionalis. Yang terpenting adalah bagaimana mencapai survivalitas secara rasional. Oleh karena itu, pendekatan studi strategi klasik lebih menekankan pada konsep art. Konsep strategi klasik ini kemudian bertahan hingga masa Napoleon. Napoleon sendiri kemudian mulai menggunakan metode pendekatan strategi secara lebih terstruktur sehingga tidak murni bersifat art. Kendati demikian, studi strategi pada masa Napoleon belum mencapai ranah yang empiris.
Perkembangan secara empiris terjadi satu abad setelahnya ketika perang dunia kedua berakhir. Akibat efek perang dunia yang terjadi dua kali dalam 20 tahun, para scholar kemudian berpikir mengenai bagaimana cara menciptakan keamanan bersama (Scott, 2001). Faktor keamanan inilah yang kemudian menjadi fokus tahapan studi strategi berikutnya - yang kita kenal sebagai studi strategis. Masa studi strategis ini dapat dikatakan berdiri pada masa dimana nation-state mencapai kejayaannya. Dalam arti, pada masa ini mulai bermunculan nation-states baru dan utamanya karena tiap nation-states mulai menunjukkan eksistensinya.
Dalam studi strategis, subyek kajian difokuskan kepada pembuat kebijakan. Hal ini dikarenakan karena faktor nation-states yang disebutkan diatas. Secara umum, konstelasi politik pada perang dingin banyak mempengaruhi pola studi strategis ini. Persaingan nuklir menyebabkan para pembuat kebijakan mencari cara bagaimana menjamin keamanan dari warganegaranya. Oleh karena itu, ketika perkembangan teknologi senjata di negara rival lebih maju, maka negara akan terdorong meningkatkan kapasitas senjatanya. Kondisi ini yang kita kenal sebagai arms race.
Dari sisi ilmuwan sendiri, mereka meneliti kondisi ini dan kemudian mencoba mengkalkulasikan dan mengkuantifikasi fenomena yang ada. Dari sini kemudian studi strategis dibuat lebih eksplanatori dan prediktif. Selain itu, perkembangan behavioralisme juga mempengaruhi studi strategi menjadi sesuatu yang lebih empiris. Namun demikian, studi strategis masih bisa dikatakan berfokus hanya pada masalah keamanan secara tradisional saja. Dalam arti, keamanan masih dikaji pada tataran hard politics saja.
Hal ini yang kemudian membuat beberapa ilmuwan ekonomi seperti Michael Porter mengambil dasar – dasar strategi untuk diterapkan kepada ranah kajian ekonomi. Studi ini yang sering kita kenal sebagai manajemen strategi. Dalam manajemen strategi, subyek adalah manajer. Manajer ini yang kemudian menyusun strategi bagaimana menciptakan inovasi –inovasi yang mampu menarik banyak konsumen. Dalam kajian ini, lawan bersifat sebagai kompetitor sehingga tujuan utama dari studi strategi ini lebih menekankan kepada competitiveness. Secara umum, perkembangan studi strategi ini menggabungkan ranah empirisme dengan ranah art sehingga yang dibutuhkan tidak hanya metode – metode tetapi juga skill personal.
Di bawah ini merupakan tabel konsep ketiga pendekatan besar di atas.
| Strategi Klasik | Studi Strategis | Manajemen Strategi |
Subyek Utama Metode Kerjasama | Jenderal Engagement | Pembuat Kebijakan Aliansi | Manajer Merger |
Dasar Pendekatan Pihak Kontra Means Obyek Tujuan Metodologi Sifat keilmuan | Wisdom Musuh Troops Deployment Anggota Survivalitas Preskriptif Rasionalis | Prudence Rival Arms race& control Warganegara Keamanan Eksplanatif Empiris | Inovasi Kompetitor Operasi Penjualan Konsumen Kompetisi Preskriptif&deskriptif Rasional-empiris |
Sumber : Susanto, 2008
Perkembangan Virtualisasi dalam Studi Strategi
Sampai saat ini, perkembangan studi strategi dapat dikatakan masih berputar pada tiga pendekatan besar tersebut. Perkembangan yang ada seperti neo-classical strategy, human security studies, maupun analisa teoritik dan praktis ekonomi seperti deep-blue ocean strategy bisa dikatakan merupakan metamorfosis tiga pendekatan besar tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi, kita perlu memkirkan kembali pendekatan – pendekatan baru dalam studi strategi.
Pada dasarnya, studi strategi merupakan studi tentang bagaimana memenangkan perang dan mencapai tujuan. Yang kemudian menjadi berbeda adalah perkembangan konsep – konsep perang itu sendiri. Dalam masa strategi klasik, perang diartikan sebagai perang konvensional dimana pre-emptive strike menjadi tumpuan utama perang. Berikutnya ketika masa studi strategis, perang menjadi lebih modern dimana nuklir dan secondary strike menjadi tumpuan utama perang. Begitu pula ketika diterapkan pada ranah manajemen strategi, perang diartikan sebagai sebuah persaingan dengan kompetitor.
Paul Hirst (2002) menjelaskan bahwa era abad 21 merupakan era dimana perang memasuki era baru yang disebut new war. Dalam masa ini, setidaknya ada empat determinan yang menyebabkan makna perang kemudian menjadi baru. Mereka antara lain teknologi, ekonomi, perubahan iklim dan norma internasional. Teknologi kemudian menjadi penting karena mencakup segala bidang kehidupan manusia. Informasi melalui media, peralatan milter, perlengkapan sehari – hari, transaksi ekonomi dsb kemudian seakan menjadi serba elektronik. Bahkan saking canggihnya malah kita merasakan segala sesuatu hanya bersifat semu. Kondisi inilah yang disebut virtualisasi. (Der Derian, 2000)
Der Derian menjelaskan bahwa kemajuan teknologi seperti media internet menyebabkan konflik menjadi termediasi ke dalam dunia yang virtual. Teknologi seakan mampu menjadi alat konstruksi sosial masyarakat. Ketika ‘perang’ terjadi dalam ranah virtual, seakan perang benar – benar terjadi di dalam kondisi nyata. Sebagai contoh, ketika Usamah bin Laden berbicara menghujat Amerika di rekaman video, maka secara tidak langsung kita akan tertarik arus ke dalam pengertian bahwa Usamah saat ini sedang berperang dengan Amerika Serikat. Padahal, realitas yang terjadi sebenarnya belum tentu demikian karena hal tersebut dapat dimungkinkan akibat perang yang ‘dikonstruksi’ tadi.
Kekuatan konstruksi oleh kondisi virtual ini kemudian mengubah skema anatomi strategi dari negara – negara maupun aktor non-negara. Mereka berlomba- lomba menguasai media dan dunia virtual lainnya demi memenangkan ‘perang’ tersebut. Asumsinya, ketika kondisi virtual dapat dikuasai maka kemudian dunia nyata pun dapat dikuasai. Sebagai contoh, ketika Amerika Serikat menguasai media maka ia mampu mengkonstruksi pemikiran khalayak awam bahwa pergerakan Islam adalah teroris. Contoh lainnya adalah bagaimana ketika dalam dunia saham anda menguasai banyak uang, maka anda bisa disebut ‘kaya’ dalam dunia tersebut. Contoh lain adalah bagaimana ketika anda menguasai informasi rahasia negara melalui hacking, maka anda dapat dikatakan selangkah lebih menang daripada lawan.
Dalam memandang perkembangan kondisi yang demikian pada akhirnya negara khususnya dan aktor non-negara pada umumnya mau tidak mau akan mencari cara bagaimana menguasai konstruksi manusia tersebut. Oleh karena itu, studi strategi pun mengalami perkembangan dalam implementasinya. Strategi yang diterapkan pada ranah virtual ini bisa kita sebut sebagai virtual strategy.
Kesimpulan
Sampai saat ini kita mengenal tiga pendekatan utama dalam studi strategi yaitu strategi klasik, studi strategis dan manajemen strategi. Strategi klasik merupakan peletak dasar – dasar strategi yang kemudian berkembang menjadi studi strategis dan manajemen strategis. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan teknologi ternyata mampu memberikan nuansa baru dalam studi strategi. Virtualisasi di segala bidang kehidupan manusia ternyata membuat konstruksi pemikiran manusia dapat dilakukan secara virtual. Hal ini yang memunculkan konsep virtual strategy. Bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan melalui konsep ini akan lahir suatu kajian studi strategi yang baru.
Hal tersebut mungkin dapat diperdebatkan. Namun, ada beberapa poin penting yang perlu kita perhatikan terkait perkembangan studi strategi. Pertama, perkembangan studi strategi selalu mengikuti semangat zamannya. Ketika zaman perang tradisional, maka strategi berkutat pada permasalahan strategi klasik. Begitu pula ketika ‘perang’ terjadi pada masa persaingan ekonomi maka studi strategi berkembang pula menjadi manjemen strategi. Kedua, perkembangan studi strategi selalu mengikuti perkembangan konsepsi kunci dari strategi seperti perang, konflik, subyek, obyek dsb. Sebagai contoh seperti kita ketahui ketika pada strategi klasik konsepsi keamanan dipahami sebagai keamanan tradisonal sedangkan pada studi strategis keamanan juga dipahami sebagai human security. Pada intinya, studi strategi merupakan cabang keilmuan yang bersifat dinamis yang perkembangannya harus selalu kita lakukan sesuai perkembangan dunia.
No comments:
Post a Comment